Rekaman

Soto Trisakti: Semangkuk Kenangan dari Kalilarangan

00.57




 
sumber foto: blog.airyrooms.com
Oleh: Satya Adhi

Soto bening khas Solo yang satu ini ada sejak separuh abad silam. Sakti mandraguna hingga sekarang.
Ada rutinitas wajib di warung kecil di jalan Kalilarangan, Jayengan, Serengan, Solo. Setiap pukul empat pagi, dapur warung akan sibuk mengepulkan asap. Aroma rempah dan daging sapi memekakkan lubang hidung. Menanti disantap para pengunjung yang mulai berdatangan dua jam kemudian.
Meski luas warung cuma seluas setengah lapangan bulutangkis, pengunjung tetap saja berdatangan tak mau henti. Buktinya, dinding hijau warung ini dipenuhi kalender dari ragam usaha yang numpang promosi.
“Kalender-kalender itu juga punya pelanggan sini,” kata Romli, generasi keempat penerus usaha Soto Trisakti, Sabtu (20/1/2018). “Kalau saya mata duitan, sudah saya buat kotak-kotak [penyewaan ruang promosi].”

(Baca selengkapnya...)

Esai

Dari Sensor ke Sensor: Bagaimana Industri Film Korea Bertahan dan Melawan

22.44


Protes di depan sebuah bioskop di Myongdong, Seoul, pada September 1988, terhadap distribusi langsung film Hollywood ke Korea (sumber: popupargusts.blogspot.com).

Oleh: Satya Adhi

Sejarah film Korea adalah sejarah perlawanan. Ini yang jarang dibahas ketika Parasite-nya Bong Joon-ho menjadi film Korea pertama yang raih piala Oscar untuk kategori film terbaik di Academy Awards 2020.

Nyaris semua orang membicarakan bagaimana Parasite sukses membikin sejarah; bagaimana film tersebut akan mengubah lanskap perfilman global. Kita agaknya lupa kalau film sekelas Parasite tak mungkin lahir dari situasi sosial-politik yang biasa-biasa saja.

Korea -- seperti negara dunia ketiga lainnya -- punya sejarah panjang tentang represi dan sensor terhadap karya seni. Mengetahui bagaimana para produser dan pembuat fIlm Korea merespons kebijakan penguasa dari masa ke masa, akan membantu kita melihat apa yang tak tampak di layar sinema.

Korea di Bawah Rezim Sensor

Industrialisasi sinema Korea setidaknya bisa dilihat sejak 1960-an, saat rezim militer Park Chung-hee berkuasa. Di tengah hubungan yang panas dengan Korea Utara pasca perang 1950-1953, pemerintah Korea tak berminat tumbuhkan industri sinema yang semata datangkan cuan.

Like us on Facebook