Sialan. Suaramu itu membuat seratusan orang
terhenyak. Mereka, yang baru saja membeli bukumu seharga 59 ribu, dipaksa
menahan napas.
Kau melanjutkan celoteh. “Sastra Indonesia,
pemikiran Indonesia sejak Kartini sampai ’65 tidak diajarkan di sekolah-sekolah
menengah. Apakah memang saat ini pun Indonesia masih tidak hadir di Bumi
Manusia?”
Hari itu, 12 Agustus 2017, para hadirin di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Jakarta - termasuk aku - akan dipaksa
bertanya-tanya. “Siapa yang berdosa?”; “apakah yang tidak berdosa otomatis
suci?”; “mengapa Indonesia tidak hadir di Bumi Manusia?”; “bagaimana cara menghadirkannya?”
Orang yang sudah membaca buku kumpulan esaimu
akan tahu jawababannya.
Mereka bakal tahu kalau Adam Malik pernah
berkata bahwa Tetralogi Pulau Buru sebaiknya jadi bacaan wajib buat semua pelajar
sekolahan. Saat itu Adam Malik menjabat Wakil Presiden. Sayang, perkataannya
tak pernah jadi ujud. (Baca selengkapnya)