SETELAH MAGANG jadi wartawan, saya jadi sering push
up tiap pagi. Sebelumnya, boro-boro push
up. Mengangkat laundrian 3 kg
saja ngos-ngosan.
Rutinitas push up tadi berasal dari buah kesadaran
penting. Saya sadar kalau jadi wartawan bukan cuma butuh kemampuan menulis yang
baik, bacaan yang luas, dan kemampuan wawancara yang lamis. Ternyata, jadi wartawan juga harus punya kekuatan lengan yang
kuat.
Begini asal muasalnya. Syahdan, saya tengah magang di media daring yang sering dikira perusahaan air minum (apa hayo?) Di minggu kedua magang, di hari Jumat yang agung, koordinator liputan media tempat saya magang bersabda agar saya berangkat ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Katanya, alumni gerakan 212 mau reunian di sana.
Acara
reuinian ternyata ramai juga. Tapi yang bikin ramai bukan nonton bareng Wiro
Sableng atau gerak jalan bareng Partai Syariah 212. Ternyata selain reunian, mereka
mau melayangkan pengaduan ke Komnas HAM. Kebetulan, junjungan agung mereka
tengah diterpa kasus dugaan pesan cabul. Takbir! Baca selengkapnya...