PENGHUJUNG TAHUN 2017 di awal abad 21 ditutup
(dan dibuka) dengan angka-angka fantastis dari jagat maya. Musisi asal Amerika
Serikat, Selena Gomez – atau rasanya lebih enak kalau disebut @selenagomez – menjadi
akun dengan pengikut terbanyak di Instagram. Hingga 22 Desember 2017, jumlah
pengikutnya di Instagram mencapai 131 juta pengikut. Dalam daftar sepuluh akun
Instagram dengan pengikut terbanyak di semesta, supermodel Kendall Jenner (@kendalljenner)
yang berada di peringkat sepuluh saja mampu memiliki 84,8 juta pengikut (Solopos, 14 Desember 2017).
Kalau mau nekat melakukan proklamasi
kemerdekaan wilayah maya, para selebgram pasti sudah sah mendirikan negara
sendiri-sendiri. Akun @selenagomez misalnya, akan jadi negara dengan jumlah
penduduk nomor sepuluh di dunia! (data populasi penduduk dari esa.un.org)
Bahkan, para nabi dan rasul utusan Tuhan pun nyaris tidak ada yang mempunyai
pengikut sebanyak pengikut para selebgram.
Angka-angka fantastis tersebut kiranya sudah
cukup membuat kita perlu merumuskan ulang makna “media massa” secara khusus dan
“komunikasi massa” secara umum. Jika selama ini komunikasi massa dimaknai
sebagai aktivitas komunikasi dari institusi media kepada massa, kehadiran media
sosial yang bersifat personal tapi mampu menghadirkan dampak massal, akan menghadirkan
gugatan terhadap konsep-konsep dan pola pikir yang selama ini sudah kita
yakini.
Alam pikir media jurnalisme jadi tidak bisa
hanya berpusat pada media berbasis laman (website)
yang cenderung institusional, tapi perlu berpusat pada media sosial yang
personal-massal. (Baca selengkapnya...)